Astro.js: Masa Depan Website Statis yang Lebih Cepat, Lebih Ringan, dan Lebih Sadar JavaScript

Author Image

Iyan Zuli

6 min read

Share:

https://images.unsplash.com/photo-1515378960530-7c0da6231fb1?w=600&auto=format&fit=crop&q=60&ixlib=rb-4.1.0&ixid=M3wxMjA3fDB8MHxzZWFyY2h8NHx8Y29tcHV0ZXJ8ZW58MHx8MHx8fDA%3D

Apa Itu Astro.js?

Astro.js adalah framework modern untuk membangun website static site generation (SSG) yang cepat, ringan, dan efisien. Astro dirancang dengan pendekatan islands architecture, yaitu hanya bagian-bagian tertentu dari halaman yang membutuhkan interaktivitas akan dirender dengan JavaScript. Sementara sisanya disajikan sebagai HTML statis seperti cara web bekerja di masa lalu, namun dengan sentuhan modern dan integrasi penuh dengan ekosistem web masa kini.

Pendekatan ini membuat Astro menjadi pilihan menarik bagi pengembang yang ingin membangun website yang performanya tinggi, cepat dimuat bahkan di jaringan lambat, serta ramah SEO. Contohnya seperti portfolio, blog, artikel, atau website statis lainnya.

Kepopuleran Astro dapat dilihat dari yang dikumpulkan oleh HTTP Archive dan Chrome UX Report. Dalam laporan tersebut, Astro menunjukkan performa yang sangat baik dibandingkan framework web populer lainya seperti WordPress, Next.js, Nuxt.js, Gatsby, dan lainnya. Untuk melihat visualisasi data lengkapnya, klik disini

Namun, seperti teknologi baru pada umumnya, ada sisi manis dan sisi pahit yang perlu dipahami sebelum memutuskan untuk menggunakannya dalam proyek nyata. Berikut ialah kelebihan dan kekurangan dari Astro.js.


Keunggulan Astro.js

Astro bukan sekadar hype—ada alasan nyata mengapa banyak developer mulai meliriknya. Berikut beberapa keunggulan utamanya:

  1. Zero JavaScript by Default

    Secara default, Astro tidak mengirimkan JavaScript apa pun ke browser. Artinya, halaman yang dihasilkan sangat ringan dan cepat dimuat. Kamu bisa menambahkan JavaScript secara eksplisit hanya di komponen yang memang membutuhkan interaktivitas. Ini sangat ideal untuk situs konten seperti blog, dokumentasi, portofolio, atau landing page.

    Contohnya, website blog pribadi tanpa komentar atau interaksi berat bisa dibuka hampir instan bahkan di HP lama dengan koneksi 3G. Tidak ada JS, tidak ada render blocking. Website yang kumaksud tentu website ini 😁

  2. Kompatibilitas Multi-Framework

    Astro memungkinkan kamu untuk menggunakan berbagai framework UI seperti React, Vue, Svelte, Preact, bahkan SolidJS dalam satu proyek. Ini memudahkan migrasi bertahap dari proyek lama, atau eksplorasi kombinasi terbaik untuk kebutuhan spesifik.

    Contohnya, website portfolioku dibuat dengan Astro. Dalam komponen frontend nya, terdapat komponen berekstensi .astro untuk komponen statis ringan, dan komponen berekstensi .tsx (react) untuk komponen interaktif. Silahkan mampir di iyan-zuli-armanda.netlify.app untuk melihat-lihat 😁

  3. Static Site Generation (SSG) Seutuhnya

    Astro fokus pada pembuatan situs statis. Ini membuatnya cocok untuk SEO, hemat bandwidth, dan bisa dihosting di layanan gratis seperti GitHub Pages, Vercel, atau Netlify.

    Jika tidak percaya terkait optimasi SSG nya, kamu bisa cek performa website ini di lighthouse sebagai contoh.

  4. Optimasi Otomatis

    Astro secara default mengoptimalkan HTML, CSS, dan gambar ketika proses build. Tidak perlu pasang plugin tambahan hanya untuk minify atau lazyload gambar—semua sudah disiapkan.

    Yang artinya developer backend bisa tetap fokus di logika aplikasi, tanpa perlu pusing mengonfigurasi Webpack atau Vite untuk optimasi dasar. Selain itu, tidak perlu juga untuk mengkompres asset-asset secara brutal 😅


Kelemahan Astro.js

Namun, tidak semua tentang Astro seindah presentasinya. Beberapa hal berikut adalah realitas yang dihadapi banyak developer ketika benar-benar menggunakannya dalam proyek dunia nyata:

  1. Masih Framework Baru

    Astro pertama kali rilis versi 1.0 pada 2022. Meskipun perkembangannya cepat dan komunitasnya tumbuh, dokumentasinya masih jauh lebih terbatas dibanding Next.js, Nuxt, atau SvelteKit.

    Contohnya, ketika kamu mentok di error yang tidak umum, bisa jadi kamu harus menggali GitHub issue, Discord, atau bahkan source code Astro sendiri untuk menemukan solusinya. Ini sering terjadi di pembuatan web portfolio ku karena first time 😔

  2. Kurva Belajar Tersendiri

    Konsep islands architecture bisa jadi membingungkan, apalagi jika kamu terbiasa membangun SPA (Single Page Application) dengan React atau Vue secara penuh. Pemisahan antara konten statis dan bagian interaktif memerlukan pemahaman tentang bagaimana dan kapan komponen “di-hydrate”.

    Contohnya, beberapa developer pemula merasa “gagal paham” ketika komponen React mereka tidak merespon klik karena lupa menyetel client:load atau client:visible. Btw itu bukan aku walau waktu itu sempet sedikit bingung 😅

  3. Kompleksitas untuk Aplikasi Dinamis

    Astro bukan pilihan terbaik untuk aplikasi yang penuh interaksi kompleks seperti dashboard admin, live chat, atau aplikasi dengan real-time data. Meskipun bisa dilakukan, konfigurasi menjadi lebih rumit, dan sering kali kamu akhirnya menyematkan SPA di dalam Astro—yang bertolak belakang dengan tujuan awalnya.

    Contohnya, kamu berakhir membuat hampir semua halaman dengan komponen React full-hydration karena butuh banyak interaksi. Pada akhirnya, kamu bertanya, “kenapa tidak langsung pakai Next.js saja?”

    Contoh lain ada di website https://puri-ranilasem.vercel.app. Karena kompleksitas interaktif SPA, website tersebut beralih dari Astro.js ke React + Vite. Iya betul, itu website yang saya buat 😅


Kapan Sebaiknya Menggunakan Astro?

Astro adalah pilihan tepat jika kamu ingin membangun:


Kapan Sebaiknya Tidak Menggunakan Astro?

Ada beberapa kondisi dimana Astro mungkin kurang ideal:


Kesimpulan

Astro.js membawa semangat kembali ke akar web: cepat, sederhana, dan ringan. Tapi ia juga mengajak kita untuk berpikir ulang—bahwa JavaScript tidak harus menjadi standar baku dalam setiap elemen halaman web. Alih-alih menggunakannya secara membabi buta, Astro mendorong pendekatan JavaScript on demand, yaitu hanya menambahkan interaktivitas ketika memang benar-benar dibutuhkan.

Astro sangat cocok untuk website yang kontennya lebih penting daripada interaksi, peforma tinggi, serta ramah pengguna dan ramah search engine. Namun untuk aplikasi web berskala besar dan dinamis, kamu mungkin akan menemukan bahwa Astro bukan jalan termudah atau bahkan bukan jalan terbaik.


Jadi, apakah Astro cocok untukmu?

Kalau kamu ingin membangun situs yang cepat, bersih, dan tetap fleksibel menggunakan teknologi modern, lebih mementingkan konten daripada interaktivitas, gas aja pakai Astro. Asik kok 😅

Tapi kalau kamu sedang membuat sistem informasi mahasiswa, aplikasi marketplace, game berbasis web, atau yang kompleks dan lebih interaktif lainnya, sebaiknya jangan gegabah 🗿


Kutitipkan satu quotes spesial dariku (sebenernya ini quote teguran untuk diri sendiri😭):

“Pakailah tools development sesuai kebutuhan produk, jangan semua jenis produk dibikin dengan satu tool doang kocak wkwk”

  • Iyan Z

Share: